Kerja Sama Pertahanan dengan Arab Saudi Belum Urgen
Anggota Komisi I DPR RI Martin Hutabarat, foto : arief/hr.
Urgensi kerja sama pertahanan antara Indonesia dengan Arab Saudi perlu dicermati kembali. Selain letak geografis kedua negara berjauhan, juga belum tentu Arab Saudi bisa menolong bila suatu saat Indonesia diserang negara lain. Jadi, komitmen kerja sama ini dipandang belum urgen.
Demikian disampaikan anggota Komisi I DPR RI Martin Hutabarat saat mengikuti rapat dengar pendapat dengan para pakar untuk membahas RUU Kerja Sama Pertahanan RI-Arab Saudi, Selasa (16/1/2018), di Gedung DPR, Senayan, Jakarta.
“Kalau soal pertahanan saya tidak melihat urgensinya. Kalau sekadar latihan militer bersama untuk memerangi terorisme atau kerja sama intelijen, itu penting. Tapi tidak harus kerja sama pertahanan,” tegas Martin.
Menurutnya, sektor pertahanan sangat strategis bagi kedua negara. Untuk itu, lanjut Martin, perlu ada komitmen saling memberi bantuan militer bila salah satu dari dua negara yang menjalin kerja sama pertahanan, diserang oleh negara lain.
Dan Martin meragukan Arab Saudi mampu menolong Indonesia bila terjadi agresi militer di tanah air. Walau pun anggaran militer Arab Saudi terbesar keempat, itu bukan jaminan untuk mewujudkan kerja sama pertahanan.
Sebaliknya, Indonesia juga mungkin belum mampu menolong Arab Saudi bila diserang militer negara lain. Saat ini, sambung politisi Partai Gerindra itu, yang paling ditakuti Arab Saudi di kawasan Timur Tengah adalah Iran. Untuk itu, Arab Saudi pernah menjalin kerja sama militer dengan Israel untuk mengantisipasi bila Arab Saudi diserang Iran. Peta ini perlu dilihat oleh Indonesia bila ingin menjalin kerja sama strategis di sektor pertahanan.
“Besarnya anggaran militer Arab Saudi, tidak bisa dijadikan ukuran. Tapi, yang perlu adalah kerja sama intelijen dan kerja sama kontra terorisme. Kita kerap membayangkan bahwa sebagai negara muslim terbesar dunia, maka Arab Saudi pasti akan mempertimbangkan faktor itu. Saya kira itu tidak masuk dalam pertimbangan Arab Saudi,” ungkap Martin.
Banyak pertimbangan geopolitik yang harus juga dilihat Indonesia menyangkut posisi Arab Saudi. Misalnya, kata Martin, dimana posisi Arab Saudi dalam koflik Israel-Palestina. Selama ini kerap tak jelas. Tapi, bila kerja sama pertahanan itu bisa meyakinkan Arab Saudi untuk membantu pembiayaan industri pertahanan Indonesia, itu sangat baik. (mh/sc)